Tafsir Al-Qur'an Surat al-Muddatstsir Ayat 11-30 Bagian 1


Pemateri: Ust. Ronal Yahya

📋 *Tafsir Al-Qur'an Surat al-Muddatstsir Ayat 11-30* (Orang yang Berkemul) Bagian 1.

Allah swt. berfirman:

ذَرْنِيْ وَمَنْ خَلَقْتُ وَحِيْدًا (١١) وَّجَعَلْتُ لَهٗ مَالًا مَّمْدُوْدًا (١٢) وَّبَنِيْنَ شُهُوْدًا (١٣) وَّمَهَّدتُّ لَهٗ تَمْهِيْدًا (١٤) ثُمَّ يَطْمَعُ اَنْ اَزِيْدَ ۙ  (١٥) كَلَّا   ۗ  اِنَّهٗ كَانَ لِاٰيٰتِنَا عَنِيْدًا (١٦) سَاُرْهِقُهٗ صَعُوْدًا (١٧) اِنَّهٗ فَكَّرَ وَقَدَّرَ (١٨) فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (١٩) ثُمَّ  قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ (٢٠) ثُمَّ نَظَرَ (٢١) ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ (٢٢) ثُمَّ اَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ (٢٣) فَقَالَ اِنْ هٰذَاۤ اِلَّا سِحْرٌ  يُّؤْثَرُ (٢٤) اِنْ هٰذَاۤ اِلَّا قَوْلُ الْبَشَرِ (٢٥) سَاُصْلِيْهِ  سَقَرَ (٢٦) وَمَاۤ اَدْرٰٮكَ مَا سَقَرُ (٢٧) لَا تُبْقِيْ وَ لَا تَذَرُ (٢٨) لَـوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ (٢٩) عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ (٣٠)

"Biarkanlah Aku (yang bertindak) terhadap orang yang Aku sendiri telah menciptakannya, dan Aku berikan baginya kekayaan yang melimpah, dan anak-anak yang selalu bersamanya, dan Aku berikan baginya kelapangan (hidup) seluas-luasnya, kemudian dia ingin sekali agar Aku menambahnya. Tidak bisa! Sesungguhnya dia telah menentang ayat-ayat Kami (Al-Qur'an). Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? Kemudian dia (merenung) memikirkan, Sekali lagi, celakalah dia! Bagaimana dia menetapkan? lalu berwajah masam dan cemberut, kemudian berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, (Al-Qur'an) ini hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini hanyalah perkataan manusia. Kelak, Aku akan memasukkannya ke dalam (Neraka) Saqar. Dan tahukah kamu apa (Neraka) Saqar itu? Ia (Saqar itu) tidak meninggalkan dan tidak membiarkan, yang menghanguskan kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)." (QS. Al-Muddatstsir: 11-30)

Allah Ta’ala berfirman seraya mengancam orang jahat yang telah dikaruniai berbagai nikmat dunia, lalu dia ingkar terhadap nikmat-nikmat tersebut dan bahkan menggantinya dengan kekufuran serta membalasnya dengan keingkaran terhadap ayat-ayat Allah serta mengada-ada terhadapnya dan menganggap ayat-ayat tersebut hanya ungkapan manusia.

Dan Allah Ta'ala telah menghitung berbagai nikmat yang Dia berikan kepadanya, dimana dia berfirman:
ذرني ومن خلقت الوحيد "
Biarkanlah aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendiri." Maksudnya dia lahir dari perut ibunya seorang diri tanpa membawa harta dan juga anak. kemudian setelah itu Allah Ta'ala memberinya rizki,: "harta benda yang banyak." (مالا ممدودا) Yakni yang luas lagi banyak. Selain itu Dia juga mengaruniakan kepadanya: "dan anak-anak yang selalu bersamanya." (وبنين شهودا)

Mujahid mengatakan: “Maksudnya, anak-anak itu selalu hadir bersamanya, tidak bepergian untuk berdagang, tetapi ururan tersebut ditangani oleh budak-budak dan orang-orang bayaran mereka, sedang mereka sendiri duduk-duduk di dekat ayah mereka untuk bersenang-senang bersamanya. Yang disebut oleh as-Suddi Abu Malik, Ashim bin ‘Umar bin Qatadah, mereka ini berjumlah tiga belas orang. Ibnu ‘Abbas dan Mujahid mengatakan: "Mereka berjumlah sepuluh orang." Dan itu merupakan nikmat yang sangat besar dan luar biasa menyenangkan, yaitu kebersamaan mereka di dekatnya.

Allah Ta'ala berfirman: ومهدت له تمهيد (Dan Ku-lapangkan baginya (rizky dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya). Maksudnya Aku telah berikan kepadanya berbagai macam harta, perkakas rumah tangga, dan lain-lain.

Allah Ta'ala berfirman:
ثم يطمع ان ازيد. كلا انه كان لايتنا عنيدا

"Kemudian dia ingin sekalian agar Aku menambahnya. Sekali-sekali tidak (tidak Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami."

Yaitu orang yang ingkar, kufur atas nikmat-nikmat-Nya setelah dia mengetahuinya. سارهقه صعودا (Aku akan membebaninya dengan pendakian yang memayahkan). Mujahid mengatakan: “Yakni penderitaan yang diakibatkan oleh adzab.” Qatadah mengatakan: “Yakni adzab yang tiada henti-hentinya.” Demikian itu yang menjadi pilihan Ibnu Jarir.

Allah Ta'ala berfirman: انه فكر وقدر (Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan). Yakni Kami bebani dia dengan pendakian. Dengan kata lain, Kami dekatkan dia dengan adzab yang sangat berat karena jaraknya yang sangat jauh dari keimanan, karena dia telah memikirkan dan menetapkannya. Yakni dia merenungkan apa yang akan dia katakan mengenai al-Qur’an ketika ditanyakan kepadanya, maka diapun berfikir, ungkapan apa yang bisa dia buat. (وقدر) "dan menetapkan." merenung.

فقتل كيف قدر، ثم قتل كيف قدر
"Maka celakalah dia. bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia, bagaimana dia menetapkan?"

Doa keburukan untuknya. ثم نظر (Kemudian dia memikirkan) yakni melakukan pandangan ulang dan perenungan. ثم عبس (Sesudah itu dia bermasam muka) Yakni menarik kedua matanya dan mengerutkan dahi, وبسر (dan merengut) Yakni sinis, dan tampak benci. Dari kata itu pula muncul ungkapan Taubah bin Humair: “Dan aku dibuat ragu oleh beberapa rintangan yang aku temukan, dan penghalang serta kesinisannya terhadap kepentinganku.”

Firman Allah Ta’ala: ثم ادبر وستكبر  (Kemudian dia berpaling dan menyombongkan diri) Yakni berpaling dari kebenaran dan kembali dengan sikap sombong lagi enggan untuk tunduk kepada al-Qur’an.

Bersambung ke bagian 3

Wallahu 'Alam
🌏Web : komunitastahajjudberantai.org