Malu Dalam Islam

📚 Al-Wafi; Imam Nawawi; DR.Musthafa Dieb al-Bugha

📌 Hadits Arbain ke 20: Malu adalah Sebagian dari Iman (Part 3-selesai)

عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ

Abu Mas’ud bin Amr al-Anshari al-Badri r.a. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya sebagian yang masih diingat orang dari ajaran para Nabi terdahulu, adalah, ‘Jika tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari)

※ Urgensi Hadits

Jika makna malu adalah mencegah dari melakukan sesuatu yang tercela, maka seruan untuk memiliki malu, pada dasarnya adalah seruan untuk mencegah segala maksiat dan kejahatan. Di samping itu rasa malu adalah ciri khas dari kebaikan, yang senantiasa diinginkan oleh manusia. Mereka melihat bahwa tidak memiliki rasa malu adalah kekurangan dan suatu aib.

Rasa malu juga merupakan bagian dari kesempurnaan iman. Sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi:

َّ الْـحَيَاءَ مِنَ الإيمان

“Malu adalah bagian dari keimanan.”

Juga haditsnya yang lain:

اَلْـحَيَاءُ لاَ يَأْتِيْ إِلاَّ بِخَيْـرٍ

“Rasa malu selalu mendatangkan kebaikan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada dasarnya, Islam dalam keseluruhan hukum dan ajarannya, adalah ajakan yang bertumpu pada kebaikan dan kebenaran. Juga merupakan seruan untuk meninggalkan segala hal yang tercela dan memalukan karena itulah, Imam Nawawi memilih hadits ini untuk ditempatkan dalam kitab Arba’in yang disusunnya.

Mengenai hadits ini beliau berkata, “Siklus hukum-hukum Islam berada dalam hadits ini.” Maksudnya perintah yang bermakna wajib atau sunnah, orang akan malu untuk tidak melaksanakannya. Sedangkan larangan yang bermakna haram atau makruh, orang akan malu untuk melanggarnya. Sedangkan terhadap apa-apa yang dibolehkan (mubah) maka rasa malu karena melakukannya atau sebaliknya tidak ada masalah. Dengan demikian hadits ini mencakup lima hukum yang ada.”

※ KANDUNGAN HADITS

6. Buah dari rasa malu.

Rasa malu akan membuahkan iffah (kesucian diri). Maka barangsiapa yang memiliki rasa malu, hingga dapat mengendalikan diri dari perbuatan buruk, berarti ia telah menjaga kesucian dirinya.

Rasa malu juga akan membuahkan sifat wafa’ (selalu menepati janji). Ahnaf Ibnu Qais berkata: “Dua hal yang tidak akan berpadu dalam diri seseorang: dusta dan harga diri. Sedangkan harga diri akan melahirkan sifat shidiq (berkata benar), wafa’, malu dan ‘iffah.”

7. Lawan dari rasa malu.

Kebalikan dari rasa malu adalah tidak tahu malu. Ini adalah sifat tercela, karena mendorong pemiliknya untuk melakukan kejahatan, tidak peduli dengan segala cercaan, hingga ia melakukan segala kejahatannya dengan terang-terangan.

Rasulullah saw bersabda,

كُلُّ أَمَّتِي مُعَافًى إِلاَّ الْمُجَاهِرِينَ

“Semua hambaku akan dimaafkan, kecuali orang yang melakukan maksiat dengan terang-terangan.”

Orang yang tidak memiliki rasa malu kepada Allah dan kepada sesama manusia, tidak akan jera dalam melakukan kejahatannya kecuali dengan hukuman yang tegas dan keras. Karena, ada sebagian orang yang memiliki rasa takut dan tidak memiliki rasa malu.

8. Tugas orang tua dan para pendidik.

Orang tua dan para pendidik berkewajiban untuk menanamkan rasa malu secara sungguh-sungguh. Untuk itu, hendaknya mereka menggunakan berbagai metode pendidikan yang baik, seperti: mengawasi perilaku anak-anak dan segera meluruskannya jika melihat perbuatan yang bertentangan dengan rasa malu, memilihkan teman bermain yang baik, memilihkan buku-buku yang bermanfaat, menjauhkan dari berbagai tontonan yang merusak, dan menjauhkan dari ucapan yang tidak baik.

9. Rasa malu adalah kebaikan.

Jadi semakin tebal rasa malu, maka semakin baik keimanannya, dan semakin sedikit rasa malu yang dimiliki, maka semakin sedikit kebaikannya.

10. Tidak perlu ada rasa malu, saat mengajarkan masalah-masalah agama dan saat mencari kebenaran.

Allah SWT berfirman:

 ...وَاللَّهُ لَا يَسْتَحْيِي مِنَ الْحَقِّ

“Dan Allah tidak malu (menerangkan) yang benar.” (Al-Ahzab : 53)

🌾🌾🌻🌾🌾🌻🌾🌾🌻🌾🌾
🌏Web : komunitastahajjudberantai.org