Paksa, Hinhga Terbiasa
📋Muhasabah CINTA (Cerita dan Inspirasi Tahajjud) bersama Ust. M.Shafwan Husein Ellomboki
📝Judul : PAKSA, Hingga Terbiasa
بسم الله الرحمن الرحيم
Mendidik dengan membiasakan. Dahulu konsep ini banyak digunakan para ulama dan salafushaleh dalam mendidik diri dan anak-anak mereka. Abdullah bin Mubarak mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang shaleh dahulu melakukan kebaikan secara spontanitas dan tidak disengaja. Sedangkan kebiasaan kita sekarang melakukan kebaikan dengan paksaan. Karenanya, kita harus memaksa jiwa untuk melaukan kebaikan." (Mukhtashar Minhaj Al-Qashidin, 461)
Sahabat Iman ...
Faktor kebiasaan penting dalam membentuk seseorang. Baik atau buruk. Seseorang yang terbiasa melakukan kebaikan, ia akan begitu mudah dan mungkin secara spontan melakukan kebaikan itu. Ia justru merasa tidak nyaman bila kebaikan yang biasa dilakukannya, tidak dilakukan. Sama saja dengan orang yang terbiasa melakukan keburukan, ia akan lebih mudah mekukan keburukan dan sangat mungkin tidak merasakan lagi bahwa yang dilakukannya itu adalah keburukan.
Sahabat shalehku ...
Jiwa kita, umumnya tidak mudah melakukan ketaatan secara sukarela, melainkan sudah ditempa dengan pembinaan dan pelatihan melalui pembiasaan. Sampai kita merasakan ketaatan itu menjadi sikap yang ringan dilakukan.
Ahmad bin Tsa'labah rahimahullah bercerita tentang sahabatnya Salim Al-Khawash. Katanya, "Aku mendengar Salim Al-Khawash mengatakan, "Aku dahulu membaca Al-Qur'an, tapi aku tidak merasakan nikmat saat membacanya. Lalu aku berbisik kepada jiwaku, "Bacalah seolah engkau mendengarnya langsung dari Rasulullah SAW. "Selanjutnya aku sedikit merasakan kenikmatan dalam tilawah Al-Qur'an. Dan aku katakan lagi pada jiwaku, "Bacalah seolah engkau mendengarnya langsung dari malaikat Jibril saat menyampaikan Al-Qur'an kepada Rasulullah SAW." Lalu beruambah lagi rasa nikmatku membaca Al-Qur'an. " ... (Hilyatul Auliya, 8/279)
Saudara Iman ...
Begitulah satu contoh bagaimana orang-orang shaleh generasi tabi'in meraih kenikmatan dalam melakukan ketaatan. Satu tahap demi tahap mereka berpindah hingga mencapai apa yang ia inginkan. Mereka berusaha mencari celah untuk bisa memperbaiki kondisi dirinya, dengan memaksa jiwanya sendiri.
Sahabat shalehku ...
Ucapkanlah alhamdulillah. Bila kita sudah memiliki kebiasaan tertentu dalam ketaatan. TAHAJJUD misalkan. Bersyukurlah kepada Allah SWT bila kita sudah merasakan situasi yang kurang nyaman jika ketataan itu kita tinggalkan. Merasa berat justru tatakala sedikit melakukan amal shalih. Merasa tidak tenang justru saat berjarak dengan kebaikan.
Dan yang pasti, selain dari rahmat Allah SWT, semua itu tidak kita miliki setelah kita memaksakan diri untuk melakukannya pada awalnya, dalam waktu yang tidak sebentar.
Sahabat shalehku ...
Lalu yang menjadi pertanyaan kita dan harus selalu kita renungkan adalah, berapa banyak waktu yang kita lewati secara berulang-ulang tanpa ketataan?
Sumber: Majalah Tarbawi dari tulisan ust. M. Lili Nur Aulia
Post a Comment