Matikan Api Kemarahan

🔵Muhasabah CINTA (Cerita dan Inspirasi Tahajjud) bersama Ust. M. Shafwan Ellomboki

🔷Judul : Matikan Api Kemarahan

بسم الله الرحمن الرحيم

"Jangan sekali-sekali engkau menganggap ada sesuatu yang lebih dari jiwamu sendiri. Karena sesungguhnya, tidak ada istilah sedikit dalam perbuatan dosa."
(Umar bin Abdul 'Aziz)

Saudaraku ...
Sulitkah bagi kita menahan marah? yang jelas, sebuah penghargaan tinggi di sisi Allah tidak mungkin ditempuh dengan melakukan amal-amal kecil dan sepele.

Allah SWT selalu menempatkan seseorang pada derajat yang sesuai tingkat kesulitan dan jerih payah untuk meraihnya. Himpitan ekonomi, fisik dan pikiran yang lelah oleh pekerjaan, waktu yang sedikit dan tugas yang banyak, mudah menjadikan orang sempit dada serta cepat tersulut kemarahannya.

Saudaraku ...
Kepada kita yang cepat tersulut, merasa panas karena sesal, sesak dada lalu mengumbar kata-kata kasar dan kotor atas sebuah keadaan, atau bahkan melampiaskan kemarahan dengan tangan. Rasulullah SAW berpesan, "Jangan marah, jangan marah, jangan marah."

Rasulullah SAW mengajak kita untuk berpikir sebelum berbuat dan menasehati kita untuk bijaksana. Karena, mungkin saja kita salah faham dalam informasi. Atau mungkin juga ada orang yang niatnya baik, namun keliru dalam menyampaikannya.

Saudaraku ...
Marah itu dari syaitan, syaitan diciptakan dari api. Jadi, kemarahan itu adalah api syaitan yang membakar dalam hati kita. Api yang dapat membakar dan melahap kehormatan dan kemuliaan kita sendiri. Api kemarahan yang menjilat akan membongkar aib dan cela kita yang seharusnya dirahasiakan.

Saudaraku ...
Waspadalah jika jiwa dan hati terbakar, karena tanda syaitan mengusai segenap hati kita. Jika hati yang terbakar, maka anggota tubuh pun akan panas dan melakuan apa saja untuk melampiaskan panasnya.

Saudaraku .....
Jujurlah pada diri sendiri. Andai jiwa kita tersulut oleh amarah, tanyakanlah pertanyaan dengan tegas, apakah kemarahan itu karena Allah atau selain-Nya?. Rasulullah SAW berpesan, "Dijaminkan surga bagi siapa pun yang menjaga lisannya dan menjaga apa yang ada di antara kedua pahanya (kemaluan)."

🔖Sumber: "Mencari Mutiara di Dasar Hati" 
Tarbawi - Muhammad Nursani.