Aku Menyesal Ibu
1 min read
📚 Aku Menyesal Ibu
Namaku Latifah. Aku adalah salah satu korban letusan gunung berapi beberapa waktu lalu. Masih ingatkah kalian dengan kejadian itu? Aku sangat ingat kejadian itu. Kejadian yang merenggut seluruh keluargaku. Setelah itu, aku jadi yatim piatu. Hidup sebatang kara tanpa sanak saudara.
Tapi di balik itu, aku punya cerita miris. Aku pernah membenci ibuku..
Hanya berselang satu hari sebelum kejadian naas itu. Siang itu, entah kenapa ibu seolah mengusirku.
"Daripada di sini nggak ada kegiatan, mending ke rumah Bani. Udah lama kan nggak ketemu?" Ujar ibu saat aku dan ibu makan bersama.
Aku terdiam, kesal. Inginku, pulang dari asrama lalu bercengkrama dengan ibu. Menceritakan semua yang terjadi di sana. Tentang ibu suri, teman-temanku, hingga ikhwan yang diam-diam sering kuperhatikan. Tapi belum tiga jam aku di rumah, ibu menyuruhku menemui Bani, sahabat kecilku. Bani dan keluargaku memang sangat dekat. Bukan hal tabu jika kami saling berkunjung.
"Aku mau di sini saja, bu," sahutku lemah.
Kulihat ibu berdecak, sepertinya ibu tak suka dengan jawabanku. Sejurus kemudian, ibu masuk ke kamar. Berselang lima belas menit, ia kembali membawa tasku.
"Ini! Sudah ibu siapkan. Pergilah ke rumah Bani. Cepat berangkat, perjalanan ke rumah Bani 5 jam. Jangan sampai kemalaman di sana."
Ibu menyodorkan tas padaku. Aku tercenung. Sudah tidak diharapkankah aku?
🍃🍃🍃
Tepat lima jam berlalu. Kaki kecilku sudah menginjak tanah lain. Tapi saat itu juga aku mendengar kabar buruk. Tanah lahirku dihajar gempa. Semua rusak, termasuk rumahku. Mirisnya, ibu ada di dalamnya...
Lima jam lalu, aku benci ibu karena tak menginginkanku. Tapi kini aku baru tau, yang aku inginkan, belum tentu baik kata Allah...
Tak seharusnya aku membenci ibu. Kalau jadinya begini, aku tak mungkin membenci ibu. Nyatanya, Allah lebih sayang ibu...
✒✒✒✒✒
============
Oleh: Mitha Juniar
Namaku Latifah. Aku adalah salah satu korban letusan gunung berapi beberapa waktu lalu. Masih ingatkah kalian dengan kejadian itu? Aku sangat ingat kejadian itu. Kejadian yang merenggut seluruh keluargaku. Setelah itu, aku jadi yatim piatu. Hidup sebatang kara tanpa sanak saudara.
Tapi di balik itu, aku punya cerita miris. Aku pernah membenci ibuku..
Hanya berselang satu hari sebelum kejadian naas itu. Siang itu, entah kenapa ibu seolah mengusirku.
"Daripada di sini nggak ada kegiatan, mending ke rumah Bani. Udah lama kan nggak ketemu?" Ujar ibu saat aku dan ibu makan bersama.
Aku terdiam, kesal. Inginku, pulang dari asrama lalu bercengkrama dengan ibu. Menceritakan semua yang terjadi di sana. Tentang ibu suri, teman-temanku, hingga ikhwan yang diam-diam sering kuperhatikan. Tapi belum tiga jam aku di rumah, ibu menyuruhku menemui Bani, sahabat kecilku. Bani dan keluargaku memang sangat dekat. Bukan hal tabu jika kami saling berkunjung.
"Aku mau di sini saja, bu," sahutku lemah.
Kulihat ibu berdecak, sepertinya ibu tak suka dengan jawabanku. Sejurus kemudian, ibu masuk ke kamar. Berselang lima belas menit, ia kembali membawa tasku.
"Ini! Sudah ibu siapkan. Pergilah ke rumah Bani. Cepat berangkat, perjalanan ke rumah Bani 5 jam. Jangan sampai kemalaman di sana."
Ibu menyodorkan tas padaku. Aku tercenung. Sudah tidak diharapkankah aku?
🍃🍃🍃
Tepat lima jam berlalu. Kaki kecilku sudah menginjak tanah lain. Tapi saat itu juga aku mendengar kabar buruk. Tanah lahirku dihajar gempa. Semua rusak, termasuk rumahku. Mirisnya, ibu ada di dalamnya...
Lima jam lalu, aku benci ibu karena tak menginginkanku. Tapi kini aku baru tau, yang aku inginkan, belum tentu baik kata Allah...
Tak seharusnya aku membenci ibu. Kalau jadinya begini, aku tak mungkin membenci ibu. Nyatanya, Allah lebih sayang ibu...
✒✒✒✒✒
============
Oleh: Mitha Juniar
Post a Comment