Keutamaan Shalat Sunat Dhuha
5 min read
Kalian pernahkah melakukan shalat sunat dhuha?Apa kalian pernah tahu kelebihana shalat sunat dhuha ini?kalau tidak saya disini akan memberikan beberapa Keutamaan Shalat Sunat Dhuha yang mungkin bisa kalian pahami.

Di antara keutamaan shalat Dhuha adalah:
Pertama: Mengganti sedekah dengan seluruh persendian
Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ
تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ
وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنِ
الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ
الضُّحَى
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian
untuk bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah,
setiap bacaan tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil
(laa ilaha illallah) bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu
akbar) juga bisa sebagai sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada
ketaatan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini
semua bisa dicukupi (diganti) dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2
raka’at” (HR. Muslim no. 720).
Padahal persendian
yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam hadits dan
dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّهُ خُلِقَ كُلُّ إِنْسَانٍ مِنْ بَنِى آدَمَ عَلَى سِتِّينَ
وَثَلاَثِمَائَةِ مَفْصِلٍ
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam
keadaan memiliki 360 persendian” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi
bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Buraidah, beliau mengatakan bahwa
beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَبِى بُرَيْدَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه
وسلم- يَقُولُ « فِى الإِنْسَانِ سِتُّونَ وَثَلاَثُمِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ
أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً ». قَالُوا فَمَنِ الَّذِى
يُطِيقُ ذَلِكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « النُّخَاعَةُ فِى الْمَسْجِدِ
تَدْفِنُهَا أَوِ الشَّىْءُ تُنَحِّيهِ عَنِ الطَّرِيقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ
فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki
kewajiban untuk bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang
mampu bersedekah dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid
atau menyingkirkan gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan
seperti itu, maka cukup lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR.
Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu
Dzar adalah dalil yang menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat
Dhuha dan menunjukkannya kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup
dengan dua raka’at” (Syarh Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy
Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar
dan hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang
mulia dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya
shalat tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360
persendian. Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan
rutin dan terus menerus” (Nailul Author, 3: 77).
Kedua: Akan dicukupi urusan di akhir siang
Dari Nu’aim bin Hammar
Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ
أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau
tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan
mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289,
At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib
Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini
bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari
berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat
menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika
terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul
Ma’bud, 4: 118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan
dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak
disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah
urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah
akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Ketiga: Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna
Dari Anas bin Malik,
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
« مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ
فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ
صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama'ah lalu
ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia
melaksanakan shalat dua raka'at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan
umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.”
(HR. Tirmidzi no. 586. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul
Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi (3: 158) menjelaskan, “Yang
dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’ yaitu setelah matahari
terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan shalat setelah
matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang untuk
shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq.
Shalat tersebut adalah waktu shalat di awal waktu.”
Keempat: Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب، وهي صلاة الأوابين
“Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang
kembali taat). Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah,
dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164).
Imam Nawawi rahimahullahberkata, “Awwab adalah
muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan bahwa maknanya adalah
orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).
Semoga Allah
memberikan kita hidayah dan taufik untuk merutinkan shalat yang mulia ini. Wallahu waliyyut taufiq.
Nah bagaimana menurut kalian apa shalat sunat dhuha tidak penting juga? semua hal yang ddianjurkan oleh ALLAH SWT pasti semuanya ada hikmah dan barakahnya jadi yuk kita lebih perdalam lagi ilmu tentang agama islam :)
Ayo kita share-kan beberapa hadist atau ayat qur'an walaupun itu hanya satu ayat saja. mungkin terlhat kecil olehmu tapi jika sudah diamalkan akan semakin bertambah dan bertambah ilmu itu karena telah saling diberitahukan kepada orang lainnya juga.
Dan tidak menghilangkan sumber yang mem-publikasikannya. Karena hal apapun yang dikutip atau dicetak ulang diposting di blog ini tanpa mencantumkan SUMBER akan ditindak lanjuti. Kami harapkan kebijaksanaan untuk para visitor yang berkunjung :)
Post a Comment